12Oct, 2012

Perlunya Program Khusus Untuk Menumbuhkan Minat Baca

Siswa-Siswi_Sekolah_Dasar_di_Kota_Bandung_menyambut_WOW-2Rendahnya Minat Baca di Masyarakat Indonesia, Khususnya Para Pelajar, Semakin Mengkhawatirkan

JAKARTA, 27 September 2012 – Minat baca masyarakat Indonesia masih relatif rendah dan membaca belum menjadi kebutuhan hidup dan belum menjadi budaya bangsa. Indikator Biro Pusat Statistik menyebutkan bahwa hanya 18,94% penduduk Indonesia di atas usia 10 tahun yang mendapatkan informasi dengan membaca, terpaut jauh dengan yang mendapat informasi dari televisi yang mencapai 90.27%. Sedihnya, umumnya perilaku malas membaca itu didominasi oleh usia pelajar atau masih produktif.Rendahnya minat baca di kalangan pelajar sepertinya harus menjadi perhatian khusus masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia dituntut lebih kreatif untuk mendongkrak minat baca di kalangan pelajar.

Padahal sudah tidak ada orang yang bisa meragukan manfaat membaca. Membaca akan menumbuhkan rasa ingin tahu, mengembangkan daya imajinasi serta meningkatkan kreativitas, selain juga akan membantu memahami pola dan metodologi penyusunan logika. Hal-hal tersebut akan sangat membantu para pelajar di masa depannya.

Sementara dalam pergaulan, manfaat membaca buku akan membantu mereka untuk belajar mengekspresikan dirinya secara jelas dan penuh percaya diri. Selain itu mereka juga akan siap dalam menghadapi kehidupan nyata serta belajar untuk menyikapi situasi atau lingkungan baru yang asing bagi mereka.

Di negara-negara maju di seluruh dunia, membaca didorong pada anak-anak sejak usia dini. Orang tua dan pemerintah memahami bahwa kebiasaan membaca yang sehat sangat penting bagi generasi muda untuk bersaing di pasar global di masa depan.

Fakta bahwa Indonesia adalah salah satu negara yang minat baca masyarakatnya masih rendah sudah cukup sering diungkap. Menurut data statistik pengunjung Perpusnas tahun 2011, hanya 38.100 orang yang datang berkunjung. Dari jumlah tersebut, hanya 2.221 pengunjung yang berasal dari kalangan pelajar. Ini jumlah yang tak seberapa dari total jumlah pelajar di Indonesia. Tentu saja ini menjadi gambaran yang tidak terlalu menggembirakan mengenai minat baca di negeri ini.

“Perlu dikembangkan berbagai metode kreatif agar membaca itu menjadi kebiasaan yang menyenangkan bagi para pelajar,” ungkap Hj.Enny Heryani Ratnasari Soebari, SH,MH,CN, Kepala Badan Perpustakaan dan Kearsipan Daerah (BAPUSIPDA) Provinsi Jawa Barat.

Kepala Sekolah  SDN Pelita Bandung, Chepi Rustandi, S.Pd, MM menyetujui hal tersebut dan mengatakan,”Semua pihak harus memikirkan cara terbaik untuk memancing minat baca pelajar. Setiap anggota masyarakat harus membantu terwujudnya gerakan.”

Berbagai organisasi kemasyarakatan sudah memulai gerakan di Indonesia dan mengusahakan agar pelajar dapat mengakses buku-buku ini dengan mudah di sebanyak mungkin tempat. Contohnya adalah Badan Perpustakaan dan Kearsipan Daerah (BAPUSIPDA) Provinsi Jawa Barat yang melayani lebih dari 7 juta orang di Bandung Raya. Mereka mengoperasikan 3 perpustakaan keliling yang disetujui dan digagas oleh Pemerintah Pusat untuk diterapkan secara nasional dalam menyediakan akses buku-buku kepada pelajar dengan dibantuk oleh 170 orang staf. Dalam waktu dekat, armada perpustakaan keliling yang baru juga akan beroperasi di Bandung, dengan nama Words on Wheels (WOW) atas kerja sama dengan Singapore International Foundation and the National Library Board Singapore. Armada perpustakaan keliling ini menjanjikan lebih banyak keuntungan selain daripada sekadar mengakses buku-buku.

Minat membaca adalah salah satu fondasi penting dalam mencerdaskan dan memajukan bangsa Indonesia, seperti halnya bagi Negara lain manapun. Hal Itulah yang membuat berbagai inisiatif mendongkrak minat baca bagi para pelajar Indonesia akan sangat berarti.

Leave a Reply

%d bloggers like this: