Narasumber Sabrina Horn, CEO Horn Group
Saat ini, disiplin public relation (PR) sedang mengalami perubahan arah yang cukup mendasar yang tentunya akan mempengaruhi para pengambil keputusan bagaimana akan menempatkan fungsi layanan public relation dalam strategi pemasaran mereka. Yang pasti saat ini dan seterusnya PR tidak bisa berdiri sendiri.
Mereka yang bergerak dalam disiplin PR perlu mempunyai keahlian multi-disiplin dalam komunikasi karena kedepan mereka harus mampu menyulam serta menjahit PR tradisional dengan media sosial, interaktif digital, aktivasi dan bahkan periklanan sekaligus. Layanan PR kedepan pun harus mampu mengkaitkan tantangan komunikasi dengan masalah (ekonomi/sosial ataupun politik) yang sedang di hadapi beserta hasilnya. Artinya siapapun yang duduk sebagai pelaku layanan PR harus mendalami lebih jauh tentang bisnis/kegiatan kliennya, kepemimpinan dari perusahaan/institusi, tata kelola perusahaan/organisasi serta memahami berbagai sasaran komunikasi, berbagai macam situasi lapangan serta keadaan ekonomi/sosial secara keseluruhan. Dan harus diingat semua kegiatan itu saat ini hampir 80% dilakukan melalui media digital.
Perubahan arah menuju digitalisasi komunikasi ini perlu disikapi dan disigapi secara cepat dan tepat mengingat perubahan besar sedang terjadi terhadap bagaimana cara kita merangkul sasaran secara efektif (dan efisien).
Seperti kita rasakan, kehidupan kini semakin dekat dengan pengaruh media digital. Coba saja kita hitung berapa jam sehari kita di depan layar laptop / desktop / smartphone atau digital pad? Dan itu bisa terjadi di Indonesia dalam kurun waktu tidak lebih dari 10 tahun belakangan ini!
Oleh karena itu “Public Digital Relation” memerlukan keahlian dalam seni berpikir secara disain (the art of design thinking). Mengapa?
Karena jika kegiatan PR sudah merambah melalui medium digital, komunikasi verbal maupun tekstual perlu grafis, perlu gambar bahkan video yang akan mempengaruhi bagaimana sasaran kita menerima dan menyerap komunikasi yang diterimanya sehingga berhasilnya sebuah kampanye “Public Digital Relation” akan ditentukan oleh bagaimana kita meramu pendekatan PR tradisional dengan kemampuan interaktif media digital dan media sosial.
Apa artinya ini semua?
Artinya, baik pemasar maupun pelaku profesi Public Digital Relation perlu kiat-kiat tersendiri dalam menyikapi perubahan ini dengan berpatokan pada prinsip-prinsip dasar seperti berikut:
- Identifikasi tantangan utama yang di hadapi: lihatlah dengan mata elang ketimbang langsung ke detail permasalahan. Tentukan tujuan atau tantangan utama yang perlu di capai/dijawab.
- Definisikan arti keberhasilan: tentukan hasil yang diharapkan secara spesifik sehingga tidak mengawang-awang. Seperti apa bentuk kampanyenya; sepakat dan pahami hasil / reaksi / opini yang akan terlihat.
- Evaluasi kekuatan dan kekurangan kita: jujur atas kemampuan kita, jangan terlalu muluk-muluk dan jangan pula terlalu merendahkan diri (biasanya yang ini jarang terjadi). Karena kejujuran ini akan mengukur seberapa jauh kita bisa bertindak dan apa yang kita pasti tidak bisa lakukan.
- Bangun strategi kampanye digital kita: setelah kita sepakat atas tujuan, definisi keberhasilan kita, kekuatan dan kekurangan kita barulah kita melangkah untuk membangun ide kampanye sesuai dengan kesiapan kita dan memilih forum digital yang cocok dan efektif. Hal ini akan lebih memudahkan kita dalam menyesuaikan ide dengan profil bisnis/kegiatan klien ketimbang memaksakan sebuah ide besar yang mungkin tidak bisa ditampung oleh profil bisnis/kegiatan ataupun kemampuan klien.
Dengan pendekatan proses ini, sebuah kampanye akan terbangung secara terpadu:
Tidak mungkin sebuah perusahaan meluncurkan layanan baru mereka melalui media sosial viral jika situs web mereka tidak terbangun dengan baik, karena hal tersebut akan mengurangi nilai kampanye sosial media mereka.
Atau sebuah organisasi ingin melakukan kampanye kepemimpinan yang akan melibatkan kegiatan event di wilayah tertentu lengkap dengan selebritis yang diundang melalui upaya PR tradisional seperti publisitas dan media relation dan sadar bahwa upaya tersebut akan lebih efektif lagi jika memanfaatkan kekuatan Facebook dari organisasi tersebut sehingga cakupan kampanye merekan perlu mendapatkan porsi yang seimbang melalui media sosial mereka.
Makin kedepan akan semakin terasa sulaman dan jahitan campuran disiplin komunikasi yang diperlukan untuk melakukan kampanye PR.
Makin kedepan juga akan semakin terasa pentingnya sebuah biro PR melihat komunikasi pemasaran terpadu (integrated marketing communication) sebagai sebuah proses yang perlu diterapkan secara disiplin ditambah dengan kemampuan baik biro iklan maupun pemasar mendalami seluk beluk potensi dari medium digital dan media sosial untuk membangun kampanye PR yang semakin seru dan semakin heboh.
sumber gambar : http://newmediaangels.com/wp-content/uploads/2013/04/actionableprtactics.jpg
Leave a Reply