28Feb, 2013

Desainer Papan Atas Dunia Ikut Ramaikan Indonesia Fashion Week 2013

Logo_Dyandra_Media_InternationalJakarta, 11 Februari 2013 – Kejutan besar untuk para pecinta fashion dan mode di Indonesia, telah disiapkan oleh panitia penyelenggara Indonesia Fashion Week (IFW) 2013. Demi mengusung misi menempatkan Indonesia sebagai negara yang berpengaruh di pentas fashion internasional, dan mewujudkan cita-cita besar menjadikan Indonesia sebagai salah satu kota mode utama dunia, IFW 2013 yang akan diselenggarakan mulai tanggal 14-17 Februari 2013 akan menampilkan hasil karya empat desainer berskala internasional, diluar 208 perancang busana dan 503 brand busana ternama lokal Indonesia yang ikut digandeng memeriahkan event mode tahunan terbesar di Indonesia tersebut. Empat orang desainer papan atas dunia itu antara lain adalah Samuel Cirnansck yang berasal dari Brasil, Melinda Looi yang berasal dari Malaysia, Addy van den Krommenacker yang berasal di Belanda, serta Camilla Wellton dari Swedia. Mereka adalah para desainer yang memiliki pencapaian hebat serta dianggap mampu memberikan motivasi sekaligus inspirasi bagi perkembangan fashion Indonesia, dan tak hanya itu, para tokoh mode dunia itu juga diharapkan mampu mengkomunikasikan IFW 2013 di luar negeri. Hal inilah yang membuat IFW 2013 yang diadakan Asosiasi Perancang & Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) dan PT Kerabat Dyan Utama (Radyatama) memiliki nilai unik tersendiri dibanding acara-acara fashion lainnya. “Kami ingin menjual pasar fashion dan mode serta kreativitas desainer lokal Indonesia ke dunia Internasional, karena itulah kami mengundang beberapa desainer luar, dari Belanda, Brazil, Malaysia, dan Swedia,” ujar Ernst K. Remboen, Presiden Direktur Radyatama.

Dukungan World Fashion Week Bagi Penyelenggaraan IFW 2013

Kehadiran empat desainer kondang kelas dunia di ajang Indonesia Fashion Week 2013 tak lepas dari peran World Fashion Week, organisasi mode internasional yang berkantor pusat di Washington DC, Amerika Serikat. Indonesia Fashion Week sendiri telah resmi bergabung sebagai anggota World Fashion Week yang sejatinya merupakan bagian dari World Fashion Organization, sebuah badan mode yang bertujuan memajukan fashion dunia guna mengentaskan kemiskinan dan memperkuat persatuan antar bangsa. Kehadiran Presiden World Fashion Week, Paco de Jaimes dalam konferensi pers IFW 2013 bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif , Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, dan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah di Balairung Soesilo Sudarman pada hari Selasa, 5 Februari 2013 lalu, menjadi bukti dimulainya kerjasama antara IFW dengan World Fashion Week.

Sisi Unik Indonesia Fashion Week 2013

Indonesia Fashion Week 2013 menargetkan 50 ribu pengunjung setiap harinya. Kapasitas pengunjung pun diperbesar hingga dapat menampung 3.500 – 4.000 orang dalam satu kali fashion show, dengan pembagian 2.000 untuk undangan dan 1.500 sisanya dijual untuk umum seharga Rp. 20.000 (dua puluh ribu Rupiah). Para pengunjung bisa menikmati sembilan zona dalam IFW 2013, yang terbagi menjadi casual zone, kids zone, accesesories zone, tekstil, men’s wear zone, muslim wear zone, serta tiga zona baru yaitu concept point zone (mengedepankan pelaku industri yang memiliki keberagaman produk dalam kesatuan konsep brand), starting point zone (zona jual ide kreatif para desainer untuk industri tekstil dan garmen), dan green point zone (zona edukasi fashion cinta lingkungan) yang tentunya memberi keunikan tersendiri pada IFW 2013 dibandingkan fashion show pada umumnya. “Yang terpenting dalam IFW 2013 ini adalah kami membuat semua elemen industri fashion menjadi lebih bersinergi antara satu dengan yang lainnya,” ungkap Ernst.

Sisi unik lain dari Indonesia Fashion Week 2013 adalah event ini akan mengadopsi sistem B2B (business to business); sebuah sistem komunikasi bisnis yang menghubungkan antar pelaku bisnis melakukan perdagangan secara online. IFW telah mengajak buyer internasional dari 10 negara seperti Amerika Serikat, Australia, Italia, Jepang, Malaysia, Thailand, dan negara-negara Timur Tengah, walau begitu IFW 2013 juga tetap menyambut pembeli retail yang membeli produk fashion sebagai koleksi pribadi ataupun untuk dijual kembali. Industri pakaian jadi/tekstil pun dapat membeli ide di ajang IFW 2013. Hal ini sejalan dengan keinginan Radyatama yang selalu terus mendukung perkembangan industri produk retail dalam negeri. “Kami ingin memajukan industri fashion Indonesia, dan saya berharap semua nama di industri fashion ini dapat dijadikan sistem B2B,” papar Ernst.

Tahun ini, Indonesia Fashion Week 2013 akan mulai dibuka pada hari Valentine (14 Februari), yang terkenal sebagai hari kasih sayang, hal ini diharapkan untuk semakin menumbuhkan kecintaan masyarakat terhadap Indonesia. IFW 2013 secara khusus mengangkat Daniel Mananta, artis sekaligus enterpreneur muda di bidang clothing dan fashion dengan brand ‘Damn! I Love Indonesia’, sebagai ikon dari IFW 2013 untuk memberikan inspirasi kepada kaum muda Indonesia. Untuk mengangkat kreatifitas generasi muda, IFW 2013 juga menggelar kompetisi Indonesia Fashion Entrepreneur Competition, dengan kompetisi yang dibagi menjadi dua tipe, yakni busana dan aksesoris. Pemenangnya akan dianggap sebagai duta muda ready to wear Indonesia, dan mendapat hadiah berbentuk kesempatan untuk berpartisipasi di Pameran Dagang Internasional.

Dukungan Pemerintah & Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) terhadap IFW 2013

IFW 2013 mendapatkan dukungan dari pemerintah melalui empat kementerian yaitu Kementerian Perindustrian, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Perdagangan, serta Kementerian Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah. Bekerjasama dengan empat kementerian tersebut, IFW telah merancang sebuah blue print/cetak biru industri fashion Indonesia. Cetak biru ini didasari oleh kekayaan lokal dan kepedulian lingkungan yang dikembangkan melalui inovasi dan branding fashion Indonesia. Cetak biru ini berisi strategi untuk menjadikan Indonesia sebagai sumber inspirasi dunia melalui prognosa tren (prediksi), dan pemetaan kerjasama empat kementerian. Secara garis besar, cetak biru mengusung tiga strategi dalam pencapaian inovasi kreatifnya, yaitu riset, training, dan peningkatan kompetisi, hingga peningkatan kinerja bisnis. Dengan ini, industri mode akan bersatu untuk fokus pada produk siap pakai dengan target kelas menegah. Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) juga ikut mendukung IFW 2013 secara penuh dengan membuka jaringan internasional bagi industri fashion Indonesia. Hal ini diwujudkan secara konkrit melalui kerjasama dengan Swedia dalam bentuk seminar dan workshop, serta kerjasama dengan Jepang dalam bentuk partisipasi dan pameran. “Industri fashion harus mendapat dukungan, para pelaku, dalam hal ini fashion desainer mau tidak mau harus maju bersama, begitu juga peran serta pemerintah yang diharapkan dapat memberi dukungan yang maksimal”, tegas Ernst.

PT Kerabat Dyan Utama Anak Perusahaan dari PT Dyandra Promosindo

Radyatama merupakan salah satu anak perusahaan dari subholding PT Dyandra Promosindo, yang bergerak di bidang Proffesional Exhibition Organizer. Sejak berdiri pada tahun 2006 hingga sekarang, Radyatama yang menjadi event organizer spesialis untuk Retail and Consumer Industries telah mengorganisir banyak pameran dan event baik berskala nasional maupun internasional seperti Indonesia-Japan Expo, Festival Ekonomi Syariah, Jakarta Wedding Festival, Bobo Fair, serta Indonesia International Furniture and Craft Fair (IFFINA).

Radyatama beserta anak perusahaan PT Dyandra Promosindo lainnya yaitu PT Debindo Mitra Dyantama (DMD), PT Debindo Mitra Tama (DMT), PT Dyandra Communication, PT Dyandra Amaradana, PT Viscita Imaji Semesta (Visicomm) serta PT Fasen Cerative Quality (Quad Event Management) telah berhasil mengukir berbagai prestasi dan berkembang pesat dalam industri Meeting, Incentive, Conference and Exhibition (MICE) Indonesia. Hal inilah yang membuat bola kesuksesan PT Dyandra Promosindo semakin melambung tinggi sehingga makin memantapkan posisi Dyandra Promosindo sebagai perusahaan yang terdepan dalam industri MICE di Indonesia, khususnya dalam bisnis pameran.

PT Dyandra Promosindo pilar bisnis dari PT Dyandra Media International

PT Dyandra Promosindo sendiri merupakan salah satu pilar bisnis utama dari PT Dyandra Media International (DMI), sebuah perusahaan penyedia solusi event terkemuka di Indonesia. DMI menerapkan kesinergisan antar segmen usaha dalam mengembangkan unit usahanya, sehingga berhasil menciptakan dasar yang kokoh untuk integrasi bisnis MICE (Meeting, Incentive, Conference and Exhibition) dan bisnis perhotelan yang merupakan kunci untuk pertumbuhan masa depan PT Dyandra Media International yang gemilang dan berlanjutan.

 

Tentang PT Dyandra Media International (DMI)

PT Dyandra Media International (DMI) merupakan perusahaan induk (holding company) yang mengelola berbagai bidang usaha Dyandra grup yang bergerak di bidang industri Meeting, Incentives, Convention and Exhibition. Perusahaan ini pada awalnya bernama PT Dyandra Promosindo. Seiring dengan berjalannya waktu, Dengan visi menjadi sebuah perusahaan jasa terintegrasi dan penyelenggara event terbesar di Indonesia, DMI melalui salah satu anak perusahaannya Dyandra Promosindo, telah sukses menyelenggarakan lebih dari 500 pameran, beberapa diantaranya adalah pameran berstandar internasional seperti Indonesia International Motor Show (IIMS) dan Indonesia International Communication Conference & Expo (ICC).

Dengan misi menjadi mitra bisnis handal yang selalu memberikan hasil mengesankan serta mengusung profesionalisme dalam setiap bisnisnya, saat ini DMI merupakan pemimpin pasar dalam industri MICE Indonesia yang menguasai 80 persen pangsa pasar MICE Indonesia. DMI memiliki 4 pilar bisnis utama yaitu PT Dyandra Promosindo (DP), PT Dyamall Graha Utama (DGU), PT Nusa Dua Indonesia (NDI), dan PT Graha Multi Utama (GMU) yang menaungi 35 anak perusahaan yang tersebar di seluruh kota besar di Indonesia.

Sebagai bagian dari Kompas Gramedia, yang merupakan kelompok usaha media terkemuka di Indonesia, DMI telah mengembangkan 4 pilar bisnis;

(1) Professional Exhibition/ Event Organizer (PEO), Professional Convention Organizer (PCO),

(2) Exhibition & Event Support,

(3) Convention & Exhibition Hall,

(4) Hotel Industry.

Leave a Reply

%d bloggers like this: