19Jul, 2012

Investor Daily: Fardila Astari, Hidup untuk Berbagi

fadila_astari_hidup_untuk_berbagiFardila Astari merupakan satu dari sedikit orang yang memiliki passion untuk berbagi kepada orang lain. Divisi Pro Development yang dipimpinnya membuat dia bebas meluapkan hasrat berbagi pengetahuan dan semangat kepada masyarakat luas.

Hidup untuk berbagi. Filosofi itu begitu kuat melekat dalam kehidupan Fardilla Astari. “Ternyata, uang itu bukan segalanya ya. Akhirnya saya menemukan, bahwa hidup itu harus bisa berguna dan berbagi kepada orang lain,” ungkap Fardila Astari kepada Investor Daily di kantornya, belum lama ini.

Dila pun menemukan media berbagi, lewat sejumlah proyek yang pernah ia tangani. Di antaranya adalah program Water Sanitation Initiative, Saving Education Program – “Tabungan BTN Cermat”, dan The World Toilet Day 2012 Campaign. “Di sini, saya senang banget, karena tidak hanya mengaplikasikan ilmu public relations saya, tetapi juga sekaligus menyalurkan jiwa sosial kepada masyarakat,” jelas lulusan Public Relation Universitas Indonesia itu.

Sebelum bergabung dengan Fortune PR, Dila lama berkeliling dari satu perusahaan ke perusahaan lain. Dia mengawali kariernya sebagai communication specialist dan junior analyst di Financial Crime Prevention Project (FCPP) di Booz Allen Hamilton. Proyek tersebut didanai oleh USAID.

Dari situ, ia lompat menjadi communication consultant di Center for International Forestry Research (CIFOR) dan kembali menjadi communication specialist di Institute for Environmental and Natural Resource Economics (ELSDA Institute) funded by MFA Norway Embassy. “Pekerjaan itu saya lakukan sembari saya meneruskan kuliah di jurusan komunikasi Universitas Indonesia,” ungkap perempuan kelahiran Bandung, pada 1978.

Kesukaannya pada sesuatu yang bersentuhan dengan lokal, membuat Dila berpikir bekerja pada perusahaan PR lokal yang kuat menangani konten lokal dan permasalahan- permasalahan lokal. “Akhirnya saya ketemu dengan Fortune PR dan bergabung di sini sejak 2011,” ujar Dila bangga.

Dila pun langsung dipercaya menjabat Clien Services Director. Tugasnya tak hanya menangani klien, tetapi juga membawahi divisi Prodev (Pro Development). Pekerjaan rumah dia yang pertama adalah menangani program Water and Sanitation Initiative yang didanai AusAID, di 25 titik di seluruh Indonesia.

“Di sini, saya harus mengampanyekan penggunaan air dengan bijak. Kita tahu, banyak sekali daerah-daerah yang masyarakatnya harus berjalan puluhan kilometer untuk mendapatkan air bersih, sementara di daerah lain, orang malah membuang-buang air,” ujar Dila.

Soal sanitasi pun, kata Dila, masih menjadi permasalahan mendasar di Indonesia dan di dunia. “Setiap 20 detik, ada anak yang mati di dunia karena buruknya sanitasi,” ungkap Dila miris.

Dila mencontohkan buruknya sanitasi di sejumlah daerah, termasuk masyarakat di sepanjang sungai di Banjarmasin. Mereka mengambil air untuk masak, minum, dan mandi dari sungai, sementara buang hajat pun juga dilakukan di sungai itu.

“Kami membuat pipa sanitasi ke rumahrumah agar air limbah rumah tangga tak lagi mengalir ke sungai, tetapi ke tempat pengolahan limbah,” tutur Dila.

People Relations
Kerja sosial ini, kata Dila, tak selalu diterima masyarakat yang menjadi targetnya. “Apalagi bila itu sudah menjadi budaya yang diwariskan ratusan tahun dari nenek moyang mereka. Tetapi dengan pendekatan melalui tokoh masyarakat dan tokoh agama setempat, akhirnya masyarakat mau berubah juga,” ujar Dila senang.

Pengalaman membahagiakan juga dialami Dila ketika menangani Saving Education Program – “Tabungan BTN Cermat” yang didanai Bill & Melinda Gates Foundation di 34 kabupaten di Jawa Tengah. “Masyarakat yang tidak biasa menabung atau hanya menyimpan uang di bawah bantal, kini jadi sadar menabung. Program ini berhasil menggaet 13 ribu nasabah,” cerita Dila bangga.

Kalau ditanya puas atau tidak menangani divisi ini. Dila mengaku sangat puas. “Kepuasan di Prodev adalah, saya bukan lagi bekerja sebagai public relations, tetapi juga people relations. Saya juga harus tahu apa yang orang dan masyarakat sukai, supaya pesan yang akan kita sampaikan lebih cepat diterima,” jelas dia.

Di sela kesibukannya menangani berbagai program, Dila mengaku senang nge-tweet dan membuka-buka Youtube. Apa yang dicari? “Soal kampanye global,” ungkapnya tertawa.

Rupanya, hobi itu terkait dengan obsesi selanjutnya. “Saya ingin tak hanya menangani kampanye lokal, tetapi juga global, seperti ke Kamboja, Thailand, dan Filipina,” tandas Dila. (*)

Leave a Reply

%d bloggers like this: