Jakarta, 21 Juni 2011 – Tak dapat dipungkiri bahwa kelangsungan hidup bergantung pada lingkungan yang hijau. Namun dikarenakan efek dari pencemaran, penggunaan pupuk dan bahan pestisida secara berlebihan dapat merusak sifat alamiah dari kontur tanah; sehingga pada akhirnya lingkungan hijau sulit tercapai. Indonesia misalnya, bila dikaji dari tingkat keramahan suatu negara terhadap lingkungan (green index) dengan menggunakan EPI (Environmental Protection Index) menempati peringkat ke 134 dari total 163 negara.
Hal tersebut menjadi ironis, karena kondisi tanah yang baik dan belum banyak tercemar dapat mendukung lingkungan menjadi hijau, sehingga kandungan mineral yang penting dapat terserap didalamnya. Disisi lain mineral adalah mikronutrisi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Mineral dalam tubuh berperan sebagai zat pengatur, serta bahan baku pendukung kerja enzim dalam tubuh. Oleh karenanya mineral dan enzim sangat berkaitan antara satu dengan yang lain.
Prof. Maggy menambahkan mineral penting untuk membantu proses pembentukkan darah dan tulang. Jadi, tubuh tidak hanya sekedar membutuhkan kalsium, tetapi juga sangat perlu mengkonsumsi asupan dengan mineral yang baik. Apalagi tubuh manusia tidak dapat menghasilkan satu pun mineral.
“Mineral sangat baik dikonsumsi setiap hari. Mineral bermanfaat menyalurkan dan membangkitkan sistem elektrik dalam tubuh agar tubuh selalu tampil prima. Jika dalam kehidupan sehari-hari kita sering mengalami sakit kepala, pening, migran, daya ingat berkurang, kurang konsentrasi, gemetar, gugup, kejang otot, mual, muntah, atau kesemutan; maka kita mengalami gejala kekurangan mineral,” tambahnya.
Kekurangan Mineral Menyebabkan Malnutrisi (Hidden Hunger)
Kandungan mineral penting dari lingkungan yang hijau, secara tidak langsung dapat menciptakan kualitas hidup manusia menjadi lebih baik. Faktanya, hampir 20 tahun terakhir ini, sebagian besar masyarakat dunia mengalami malnutrisi (kekurangan nutrisi) mineral yang dikenal dengan sebutan “hidden hunger”.
Menurut, Prof. Maggy Thenawidjaja Suhartono, Ph.D. Biokimia, Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan IPB Bogor, disebut “hidden” atau tersembunyi karena terkadang orang-orang tidak merasakan bahwa mereka sedang mengalami defisiensi mineral dan akibat dari defisiensi tersebut tidak terasa dengan cepat dan akan terasa setelah jangka waktu yang lebih lama.
Defisiensi Mineral Disebabkan Oleh Kondisi Tanah
“Salah satu faktor utama penyebab terjadinya defisiensi mineral adalah penurunan kondisi tanah saat ini yang kemudian menyebabkan menurunnya kandungan mineral pada tanaman-tanaman seperti buah dan sayur. Penurunan kandungan tersebut salah satunya dikarenakan perubahan dalam teknik pertanian (penambahan pupuk kimia, penggunaan pestisida, dll), dan karena kerusakan lingkungan. Tanah telah terdegradasi dan erosi. Alhasil, mineral yang awalnya tersebar di alam pun berkurang,” jelasnya padat.
Menurut penelitian British Food Journal disebutkan dalam kurun waktu 50 tahun telah terjadi penurunan yang signifikan pada jumlah kandungan mineral pada berbagai macam sayuran dan buah. Hal ini juga dipertegas dari studi Horticultural Science tahun 2009 yang menunjukkan telah terjadi penurunan kandungan mineral hingga 85% pada buah dan sayur.
Kondisi alam yang masih hijau seperti di negara-negara Skandinavia di Eropa Utara menjadi salah satu solusi dalam menyikapi penurunan kondisi mineral tanah. Hasil penelitian yang mempertegas hal ini berdasarkan indeks Environmental Protection Index (EPI) menyebutkan 3 dari 5 negara Skandinavia (Islandia, Swedia dan Norwegia) ada dalam 10 negara terhijau.
Susana, STP, MSc, PDEng selaku Head of Nutrifood Research Center for XT Life Division, menambahkan kondisi daerah Skandinavia yang masih baik membuat kondisi mineral tanah masih optimal, sehingga menghasilkan rumput berkualitas bagi sapi sehingga sapi pun menghasilkan susu berkualitas tinggi dan kaya mineral.
“Suhu udara yang ideal dengan hujan yang merata sepanjang tahun pun menjadikan kondisi tanah dan rumputnya subur dan kaya mineral, dan sangat optimal untuk peternakan sapi. Faktor suhu membuat sapi merasa hidup dengan nyaman dan tidak mengalami stres sehingga meningkatkan kualitas perahan susu. Sehingga melalui semua proses ini menghasilkan mineral yang terjaga secara optimal. Inilah yang merupakan dasar dari susu mineral yang berkualitas,” tandasnya lagi.
Tentang Nutrifood
Berdiri sejak tahun 1979, Nutrifood memproduksi dan memasarkan berbagai produk makanan dan minuman kesehatan berkualitas internasional dengan berbagai merek terkemuka. Berkantor pusat kami berada di Jakarta, dengan jaringan distribusi yang menjangkau lebih dari tiga puluh negara di dunia. Nutrifood adalah perusahaan yang secara inovatif menginspirasi dan membantu setiap individu untuk mencapai keseimbangan hidup dengan menjalankan pola hidup sehat yang menyenangkan dan memperhatikan asupan nutrisi sehingga dapat menikmati hidup sehat lebih lama.
Kegiatan Nutrifood didukung oleh tiga pilar:
1. Produk dan layanan berkualitasNutrifood secara inovatif menyediakan produk dan layanan premium yang bermutu tinggi, memberi kemudahan dan menyenangkan, serta efektif berdasarkan pendekatan ilmiah
2. Manajemen yang professionalNutrifood didukung oleh tim ahli yang profesional serta memiliki komitmen tinggi, berpengalaman dan inovatif dalam memaksimalkan kualitas produk dan layanan
3. Program yang melibatkan pemangku kepentinganNutrifood secara inovatif dan proaktif melakukan edukasi dan promosi gaya hidup sehat dan bernutrisi yang melibatkan pemangku kepentingan utama (Key stakeholders).
Leave a Reply