01Mar, 2011

Mengembalikan Kepercayaan Publik

Kecil_-_DSC_1363Pada tanggal 28-29 Januari 2011, bertempat di kawasan Puncak, Badan Koordinasi Kehumasan Pemerintah Kementerian Komunikasi dan Informasi (Bakohumas Kemkominfo) mengadakan acara gathering dan outbound. Sebelum beragam kegiatan ramah tamah dan outbound berlangsung, panitia acara mengadakan sesi paparan dan diskusi. Salah satu pembicara yang diminta untuk memberikan paparan pada kesempatan baik tersebut adalah ibu Indira Abidin, SE, M.Ed. yang saat ini menjabat selaku Managing Director Fortune PR. Pada kesempatan tersebut, Indira mengungkapkan bahwa saat ini banyak sekali hal yang harus dilakukan instansi pemerintahan di Indonesia untuk membangun citra instansinya, serta membangun dukungan dan partisipasi publik terhadap regulasi maupun program-program yang dikeluarkannya.

Membangun citra dan dukungan dalam kondisi saat ini tentu tidak mudah. Masyarakat makin pandai, makin banyak pilihan dan tuntutan. Instansi pemerintah dituntut untuk benar-benar faham kebutuhan dan perilaku masyarakat.

Ada beberapa trend yang disebutkan Indira dalam paparannya, antara lain budaya digital dan orientasi nilai.

kecil_-_DSC_1364Budaya digital di Indonesia dicirikan dengan makin tingginya penetrasi telepon pintar dan maraknya media sosial di Indonesia. Budaya digital memungkinkan masyarakat menciptakan dan mempublikasikan konten, berinteraksi, mengomentari, memuji dan mengkritik secara ‘real time online’. Budaya digital ini menuntut instansi pemerintah untuk benar-benar rajin memantau media sosial, selain media tradisional, agar dapat memahami kebutuhan, persepsi dan ekspektasi masyarakat. Hanya dengan pemahaman inilah instansi pemerintah dapat membangun citra dan dukungan secara efektif dan efisien.Budaya berorientasikan nilai di Indonesia dicirkan dengan makin banyaknya masyarakat yang peduli pada apa yang terjadi, dan ingin berkontribusi.

Instansi yang melaksanakan tugas dan programnya dengan baik, pejabat yang dikenal bersih dan memiliki integritas tinggi akan mendapat penghargaan yang baik dalam masyarakat.

Sebaliknya, instansi dan pejabat yang dianggap tidak menjunjung tinggi nilai-nilai yang dipandang penting, makin ramai dikecam dan dicabik-cabik dalam ranah publik yang makin kritis ini. Budaya berorientasikan nilai ini menuntut instansi pemerintah untuk makin rajin mengkomunikasikan program-program dan prestasinya dilihat dari sisi nilai-nilai tersebut.

Nah, untuk dapat berhasil membangun citra dan dukungan di tengah budaya ini, sangat penting bagi para praktisi humas untuk meredefinisi PR itu sendiri. PR yang semula menjadi kependekan dari Public Relations, menurut Indira harus diredefinisikan menjadi People Relations.

Dalam People Relations, publik tidak lagi dilihat sebagai satu kelompok manusia dengan perilaku dan kebutuhan yang seragam. Publik terdiri atas “people” yang memiliki kebutuhan, persepsi dan keunikannya masing-masing, yang harus mendapat perhatian khusus. People Relations mendorong para praktisi humas untuk melakukan beberapa rumus komunikasi yang penting menurut Indira: engage, entertain, educate, contribute, involve dan interact.

Salah satu studi kasus yang dipaparkan Indira dalam acara Bakohumas ini adalah kampanye yang dilakukan Negara Bagian Florida di tahun. Pada saat itu Florida, yang mengandalkan sektor pariwisata sebagai sumber pemasukan utamanya, dilanda krisis kepercayaan. Angka kriminalitas sangat tinggi, dan beberap turis asing terbunuh. Berbagai negara pun mengeluarkan travel warning, melarang warga negaranya pergi ke Florida.

Untuk mengatasi hal tersebut, sebuah kampanye pun diluncurkan. Kampanye ini terdiri atas beberapa komponen:

kecil_-_DSC_13671. Crash program
Pemasangan signage, peluncuran frekuensi radio khusus dan panduan keamanan dari airport, sepanjang jalan, dan hotel yang ada di Florida. Semua pendatang dipandu untuk merasa aman. Hal ini dilaksanakan untuk mengedukasi para wisatawan bagaimana mereka dapat ‘berwisata dengan aman’.
2. Miami Nice Program
Program ini diluncurkan bersama dengan Bary University, melatih para supir taxi untuk dapat menjaga keamanan penumpangnya dan dapat menjadi tour guide yang baik, ramah dan tanggap. Tanpa memiliki sertifikat yang dikeluarkan oleh program ini, supir taxi tak akan bisa memperoleh izin mengemudi. Dalam program ini para supir taxi dan universitas dilibatkan dan diajak berkontribusi dalam menciptakan Florida yang aman.
3. Infrastruktur
Penjara-penjara dibangun lebih banyak, dan hukum benar-benar ditegakkan, sehingga angka kriminalitaspun dapat ditekan secara efektif. Penegakan hukum ini dikomunikasikan secara luas, untuk mencegah para pelanggar hukum melaksanakan niat dan kebiasaannya. Edukasipun banyak dilakukan untuk kepentingan ini.
4. Media relations dan iklan
Semua langkah-langkah strategis ini dilaporkan melalui berbagai media massa. Berbagai penulis pariwisata diterbangkan dari berbagai penjuru dunia untuk menikmati berbagai atraksi wisata Florida sambil merasakan betapa aman dan nikmatnya berwisata di Florida.

Dalam hal ini ‘engagement’, ‘interaction’ dan ‘entertainment’ dilaksanakan bersama para penulis ini, agar mereka dapat membagi pengalamannya dengan para pembacanya.

Kampanye iklan mengenai wisata belanja di Florida diluncurkan di negara-negara target dengan Mickey Mouse dan Donald Duck sebagai bintangnya. Program ini sangat ‘entertaining’ dan membuat para wisatawan dunia tergerak untuk segera memesan tiket ke Florida.

5. Lain-lain
Selain hal-hal di atas, ada beberapa hal penting lain yang juga dilakukan, antara lain keikutsertaan dalam event pariwisata dunia dan pembukaan kantor cabang di negara-negara target.

Studi kasus ini menggambarkan bahwa sebuah instansi pemerintahan memang harus kreatif dan eksploratif dalam merencanakan, melaksanakan, memonitor serta mengevaluasi program-programnya, dalam mencapai target-target yang harus dicapainya. Rumus-rumus penting People Relations benar-benar ditegakkan di sini: educate, engage, involve, interact, contribute.

Indira pun menutup acara dengan menekankan kembali bahwa para praktisi humas dari instansi pemerintahan perlu:

  • Memantau dinamika pemberitaan media tradisional dan percakapan di social media, untuk dapat memahami kebutuhan, prilaku, persepsi dan ekspektasi khalayak sasarnya; mengetahui posisi instansi tersebut di ‘hati dan pikiran’ mereka.
  • Merencanakan berbagai kegiatan komunikasi yang efektif dan efisien, sesuai dengan pemahaman terhadap kebutuhan dan prilaku di atas.
  • Melaksanakan kegiatan komunikasi dengan rumus-rumus: entertain, engage, involve, contribute, educate.
  • Memonitor dan melaksanakan evaluasi terhadap berbagai kegiatan tersebut untuk mendapatkan umpan balik dan berbagai pembelajaran, sebagai referensi dalam perencanaan program selanjutnya.

Leave a Reply

%d bloggers like this: