JAKARTA, 20 Juli 2011 – Indonesia terkenal dengan keanekaragaman budaya dan keseniannya. Siapa yang meragukan hal tersebut? Dengan jumlah penduduk 200 juta orang yang tersebar di seluruh pulau di Indonesia, maka tidak heran jika setiap daerah memiliki lebih dari satu kebudayaan. Keanekaragaman budaya dan kesenian inilah yang menjadi salah satu keunggulan Indonesia dibandingkan dengan negara lainnya.
Kemajuan jaman sekarang ini memudahkan arus pertukaran informasi baik secara nasional maupun global. Seolah-olah tidak ada lagi batas antar negara. Hal ini dapat berdampak negatif pada keaslian budaya Indonesia. Arus pertukaran informasi yang bebas menyebabkan mudah masuknya nilai-nilai budaya asing yang belum tentu sesuai dengan nilai-nilai budaya Indonesia. Bila terus didiamkan, bukan tidak mungkin nilai-nilai kebudayaan asli Indonesia menjadi hilang. Jika hal ini terjadi, maka dampak negatif ini dapat membahayakan generasi depan bangsa.
Untuk mencegah dampak negatif tersebut, www.tviexpress.com bekerjasama dengan pemerintah daerah Gianyar memprakarsai pementasan budaya, sendratari legenda “Bali Agung” pada tanggal 23 Juli mendatang. Sendratari ini bercerita tentang legenda Jaya Pangus, seorang raja Bali abad ke-12. Raja Sri Jayapangus menikah dengan seorang putri saudagar Cina, Kang Ching Wie. Tiga tahun pernikahan berlalu, namun keduanya belum juga dikaruniai anak. Keadaan ini membuat Jaya Pangus pergi meninggalkan kerajaannya untuk bersemedi di dekat Danau Batur, dengan harapan kelak akan segera memiliki keturunan. Di tengah pertapaannya, Jaya Pangus bertemu dengan Dewi Danu, seorang dewi yang mendiami Danau Batur. Tergoda oleh pesona dan ekcantikan Dewi Danu, Raja pun menikahi Dewi Danu dan akhirnya mereka dikaruniai seorang anak laki-laki.
Sementara itu, setelah bertahun-tahun ditinggal suaminya, Kang Ching Wie pun memberanikan diri untuk mencari suaminya. Alangkah terkejutnya sang permaisuri ketika mendapat suaminya sudah memiliki istri baru bahkan memiliki keturunan. Maka kemudian terjadilah perseteruan cinta segitiga di antara mereka. Singkat cerita, kemarahan Dewi Danu menyebabkan Jaya Pangus dan Kang Ching Wie berubah menjadi patung. Para penduduk desa pun sedih atas kehilangan Raja dan Ratu mereka. Namun di sisi lain, mereka juga senang menyambut raja baru, anak dari Jaya Pangus dan Dewi Danu. Sang Pangeran pun dinobatkan oleh roh Jaya Pangus dan Kang Ching Wie untuk menjadi raja sepenuhnya.
Kisah ini diyakini masyarakat Bali sebagai asal-usul Barong Landung (patung Jaya Pangus dan Dewi Danu). Barong Landung berparade hanya sekali dalam setiap 210 hari melewati jalan-jalan di Bali. Barong Landung ini dipercaya dapat menangkal nasib buruk dari roh jahat.
Pementasan sendratari merupakan salah satu bentuk pelestarian budaya Indonesia oleh www.tviexpress.com dan pemerintah Gianyar, Bali. Sendratari yang akan dilaksanakan pada hari Sabtu, 23 Juli 2011 mendatang di Bali Theater ini didukung dan akan dihadiri oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Jero Wacik, serta Bupati Gianyar, Tjokorda Oka Artha Ardhana.
Leave a Reply