Jakarta, 30 April 2015 – Ketika menampilkan diri di jaringan profesional online seperti LinkedIn, 1 dari 2 (51%) profesional di Indonesia mengaku sangat berhati-hati dalam memilih foto profil. Angka ini menunjukkan bahwa profesional di Indonesia paling memperhatikan “image” dibanding profesional di 19 negara lain yang telah disurvei dalam studi terbaru dari jaringan profesional online terbesar di dunia, LinkedIn, New Norms @Work.
Studi LinkedIn New Norms @Work menunjukkan bahwa para profesional di Indonesia mendapat kesan pertama terhadap seseorang melalui gambar profilnya di media sosial. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika sebanyak 42% profesional di Indonesia akan melihat gambar profil seseorang sebelum bertemu dengannya.
“Di era digital di mana media sosial telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, maka seorang profesional harus bisa membangun professional brand mereka di dunia online. Lebih dari setengah profesional di Indonesia pun setuju bahwa mempromosikan diri melalui platform media sosial sangat penting,” kata Cliff Rosenberg, Managing Director LinkedIn untuk Asia Tenggara, Australia, dan New Zealand.
Studi ini juga mengungkap bahwa sebanyak 63% profesional di Indonesia menyatakan bahwa mereka tidak termasuk “yes employees” atau “order takers” (karyawan yang selalu mengerjakan sesuatu seperti apa yang diperintahkan). Angka ini lebih tinggi dibandingkan rata-rata global yaitu 57%. Hal ini juga didukung dengan data bahwa 76% profesional di Indonesia tidak sungkan untuk menyuarakan pendapat dan memberikan ide.
Jika dilihat dari angka di atas, secara global para profesional saat ini memang lebih berani bersuara. Ketika ditanya tentang hal apa yang akan mereka lakukan sekarang yang tidak bisa mereka lakukan pada awal karir, lebih dari setengahnya profesional di seluruh dunia menjawab mereka akan lebih berani dalam menyuarakan pendapat dan memberi ide kepada atasan.
“Dengan memanfaatkan berbagai macam pendapat akan memperkuat kualitas pengambilan keputusan dalam organisasi,” kata Rosenberg. “Selain berbagi pendapat di dalam perusahaan atau team, para pekerja profesional juga bisa menyuarakan pemikirannya di berbagai platform seperti LinkedIn agar dapat menjangkau cakupan yang lebih luas baik secara lokal maupun global.”
Beberapa fakta menarik lain dari hasil studi LinkedIn New Norms @Work bisa dilihat di bawah ini.
Social Media @Work
Hampir setengah (48%) dari profesional di Indonesia yang disurvei selain terkoneksi di jaringan profesional juga berteman dengan kolega kerjanya di berbagai platform media sosial non-profesional. Namun, di saat yang sama, mereka juga tetap memperhatikan professional image mereka. Buktinya, sebanyak 22% profesional di Indonesia khawatir tentang apa yang rekan kerjanya pikirkan tentang diri mereka berdasarkan konten yang mereka pasang di media sosial.
- 51% profesional Indonesia mengaku lebih berhati-hati dalam mengunggah foto profil di situs profesional dibandingkan dengan akun media sosial non-profesional karena sebanyak 31% menyatakan mereka memberi kesan pertama terhadap seseorang melalui foto profil di media sosial.
- 42% profesional di Indonesia sering mengecek gambar profil seseorang sebelum bertemu dengan mereka.
Dressing @Work
Walaupun saat ini banyak perusahaan yang menerapkan pakaian kasual di kantor, profesional di Indonesia tetap memperhatikan penampilannya di tempat kerja. Buktinya, 77% profesional di Indonesia memisahkan antara pakaian kerja dengan pakaian santai.
- 38% profesional perempuan percaya mereka akan dinilai lebih dalam berpakaian dibandingkan dengan laki-laki (rata-rata global 25%). Sedangkan, pria cenderung untuk mencari pendekatan yang lebih preskriptif daripada rekan-rekan perempuan mereka dan lebih memilih lingkungan yang memiliki norma-norma yang jelas tentang pakaian kerja.
The Truth @Work
Kejujuran nampaknya menjadi suatu nilai yang dipegang teguh oleh profesional di Indonesia. Nyatanya, meski mereka pernah dipecat dari perusahaan sebelumnya, hampir setengah dari mereka mengaku akan jujur tentang hal tersebut. Di Malaysia hanya 35% profesional akan berkata jujur tentang ini, sedangkan di Singapura hanya 31%.
Dengan semakin banyaknya profesional yang menilai koleganya berdasarkan image profesional, pada kesempatan ini, LinkedIn juga ingin mengajak para profesional untuk bergabung dengan kampanye New Norms @Works dengan mengunggah #WorkSelfie di LinkedIn, Facebook, Twitter, dan Instagram. Namun sebelumnya, simak beberapa tip tentang bagaimana membuat foto #WorkSelfie yang memukau.
- Perhatikan sekeliling Anda: Menggunakan background dinding yang putih di rumah atau di kantor akan membuat foto Anda lebih fokus ke wajah, bukan hal-hal lain di belakang Anda. Pastikan dinding tempat Anda mengambil foto bersih dari berbagai gambar dan benda-benda lain yang bisa menjadi “photo bomb”.
- Gunakanlah cahaya natural: Cahaya yang natural adalah teman terbaik Anda, jadi hindarilah penggunaan flash. Menghadaplah ke sumber cahaya agar cahaya yang menerpa wajah bisa maksimal, namun hindari sinar matahari langsung karena akan menimbulkan bayangan.
- Gunakan kamera yang tepat: Memakai kamera DSLR dengan tripod akan menghasilkan foto yang maksimal. Gunakan fitur timer pada kamera Anda. Handphone Anda juga bisa memberikan hasil foto yang bagus jika Anda mengikuti beberapa tip berikut : pastikan Anda menggunakan smartphone dengan kualitas kamera tinggi, gunakan tripod, dan gunakanlah kamera utama pada smartphone Anda.
- Pilihlah “angle” yang tepat: Mengambil foto dari atas adalah pilihan yang bagus karena akan membuat mata Anda terlihat besar, sedangkan wajah dan leher Anda terlihat lebih kecil. Mengambil foto dari bawah membuat anda terlihat “powerful”, namun kadang membuat pipi dan hidung Anda terlihat besar.
- Jangan pusatkan diri Anda: Foto yang bagus mengikuti aturan “sepertiga”. Artinya, mata Anda sebaiknya 1/3 bagian dari atas dan 1/3 dari salah satu sisi (kanan atau kiri). Berikan juga sedikit ruang agar Anda bisa melakukan pemotongan apabila diperlukan.
- Gunakanlah pakaian yang tepat: Bagian kepala dan bahu merupakan bagian terpenting dari #WorkSelfie. Menggunakan atasan “off-the-shoulder” tentu tidak bagus untuk professional brand Jangan takut juga untuk menggunakan warna baju yang dapat mencerminkan diri Anda.
- Jangan lakukan selfie yang “klise”: selfie dengan duckface, cemberut, dan fishlip, atau selfie di tempat tidur, kamar mandi, restoran, dan tempat gym tentu bukan pose yang bagus untuk digunakan sebagai foto LinkedIn Anda. Tunjukan pose dan ekspresi natural Anda. Pastikan Anda tersenyum atau sedikit tertawa.
Tentang Studi ‘New Norms @Work’ oleh LinkedIn dan Census-wide
Pada bulan April 2015 LinkedIn bekerja sama dengan Census-wide mengadakan survei kepada lebih dari 15.000 profesional penuh waktu di seluruh dunia. Responden dengan rentang usia antara 18-66+ ini disurvey di 19 negara termasuk Amerika Serikat, Australia, Brazil, Canada, Cina, Perancis, Jerman, Hong Kong, India, Indonesia, Italia, Jepang, Malaysia, Meksiko, Belanda, Singapura, Spanyol, Swedia, dan Inggris untuk mengetahui budaya-budaya unik di kantor dan mendapat pemahaman lebih bagaimana pekerja penuh waktu memandang diri mereka saat ini dan bagaimana mereka mengembangkan professional brand di dunia kerja yang modern seperti saat ini.
Tentang LinkedIn
LinkedIn menghubungkan profesional-profesional di seluruh dunia untuk membuatmereka lebih produktif dan sukses dan mengubah cara perusahaan-perusahaan dalam merekrut profesional, memasarkan, serta menjual produk mereka. Visi kami adalah menciptakan kesempatan ekonomi untuk para anggota di seluruh dunia melalui pengembangan Grafik Ekonomi pertama di dunia. LinkedIn mempunyai lebih dari 300 juta anggota dan kantor yang tersebar di seluruh dunia.
Leave a Reply